Pengalaman pribadi dalam bekerja di industri TV, mulai dari magang di SCTV, Sub kon Dekorasi berpacu dalam melody Metro TV, dan Karyawan di TransTV dan ANTV , saya mengalami atau merasakan Masa keemasan industri televisi di Indonesia terjadi pada periode 2005-an hingga awal 2015-an. Pada masa ini, televisi menjadi media utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan edukasi. Stasiun TV swasta mulai bermunculan dan bersaing dalam menghadirkan program-program berkualitas yang mampu menarik perhatian penonton dan pengiklan dalam jumlah besar, bahkan televisi berhasil menciptakan Trend pada masa itu sebelum kehadiran VIRAL saat lahirnya sosmed.
Industri televisi di Indonesia saat ini menghadapi tantangan signifikan akibat disrupsi digital, yang menyebabkan penurunan pendapatan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan. Perubahan perilaku konsumen yang beralih ke platform digital dan layanan streaming telah menggeser pola konsumsi media, mengurangi audiens televisi tradisional dan, pada akhirnya, pendapatan iklan.
Disrupsi dalam industri TV adalah perubahan mendasar yang mengganggu atau menggeser model bisnis tradisional dalam industri televisi, biasanya disebabkan oleh kemunculan teknologi baru dan perubahan perilaku konsumen. Fenomena ini mengakibatkan peralihan dari model penyiaran konvensional (broadcast) ke model distribusi konten yang lebih fleksibel dan berbasis digital.
Faktor Penyebab Disrupsi dalam Industri TV
1. Munculnya Platform Streaming
2. Layanan seperti Netflix, Disney+, YouTube, Amazon Prime, dan Vidio menawarkan model langganan dan akses konten on-demand, memungkinkan penonton menonton kapan saja dan di mana saja
tanpa terikat jadwal siaran.
3. Penonton lebih memilih kebebasan dalam mengatur jadwal dan memilih konten yang mereka sukai dibandingkan mengikuti jadwal TV konvensional.
Perubahan Perilaku Konsumen
1. Generasi muda cenderung lebih memilih konten yang dapat diakses melalui perangkat seluler (smartphone, tablet, laptop) daripada menonton melalui televisi.
2. Konsumen juga lebih menyukai konten berdurasi pendek (short-form) yang cepat, interaktif, dan mudah diakses melalui media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube.
Peralihan Anggaran Iklan ke Platform Digital
1. Pengiklan mulai beralih ke platform digital karena dianggap lebih efektif dalam menargetkan audiens secara spesifik menggunakan data pengguna dan algoritma.
2. Pendapatan iklan TV yang menurun menyebabkan perusahaan televisi kesulitan mempertahankan operasional dan kualitas produksi.
Munculnya Kreator Konten Independen
1. Platform seperti YouTube dan TikTok memungkinkan individu atau kelompok kecil memproduksi dan mendistribusikan konten sendiri tanpa harus melalui jaringan televisi.
2. Konten yang diproduksi kreator ini sering kali lebih cepat viral dan mendapatkan respons langsung dari audiens, menciptakan persaingan langsung dengan stasiun televisi.
Teknologi dan Kecerdasan Buatan (AI)
1. Algoritma rekomendasi pada platform streaming dapat memberikan pengalaman menonton yang dipersonalisasi, sehingga penonton merasa lebih nyaman dan terhubung dengan platform tersebut.
2. TV konvensional sulit bersaing dalam menawarkan personalisasi semacam ini.
ASO (Analog Switch-Off) memang menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada lemahnya industri TV di Indonesia, tetapi bukan satu-satunya penyebab utama. ASO adalah proses migrasi siaran televisi dari teknologi analog ke teknologi digital yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi dan meningkatkan kualitas siaran. Di Indonesia, ASO dimulai secara bertahap sejak 2 November 2022 dan telah selesai di sebagian besar wilayah pada awal 2023.
Kelanjutan Karyawan Pasca-PHK dan Solusi Profesionalisme
Karyawan yang terkena PHK di industri televisi perlu mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan era digital. Pelatihan dalam produksi konten digital, pemasaran media sosial, dan analisis data dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja. Selain itu, beradaptasi dengan teknologi baru dan memahami tren konsumsi media digital menjadi krusial untuk mempertahankan profesionalisme dan relevansi di industri yang terus berkembang.
Penyebab Industri Televisi Menjadi ‘Sunset’
Beberapa faktor yang menyebabkan industri televisi dianggap mengalami penurunan atau ‘sunset’ antara lain:
1. Perubahan Perilaku Konsumen: Meningkatnya preferensi terhadap konten on-demand dan fleksibilitas yang ditawarkan oleh platform digital membuat penonton beralih dari televisi tradisional.
2. Persaingan dengan Platform Digital: Kehadiran layanan streaming dan media sosial yang menawarkan konten beragam dan interaktif menarik perhatian audiens, mengurangi dominasi televisi konvensional.
3. Penurunan Pendapatan Iklan: Dengan berkurangnya jumlah penonton, pendapatan dari iklan televisi juga menurun, mempengaruhi keberlanjutan operasional stasiun televisi.
Indikator Penurunan SebelumnyaIndikator yang menunjukkan penurunan industri televisi meliputi:
• Penurunan Rating dan Share Penonton: Data menunjukkan berkurangnya jumlah penonton televisi tradisional seiring waktu.
• Migrasi Pengiklan ke Platform Digital: Banyak pengiklan yang mengalihkan anggaran mereka ke platform digital yang dianggap lebih efektif menjangkau target audiens.
• PHK Massal dan Restrukturisasi: Banyak perusahaan televisi melakukan PHK dan restrukturisasi sebagai upaya efisiensi akibat menurunnya pendapatan.Peluang Kebangkitan di Masa Depan
Meskipun menghadapi tantangan, industri televisi masih memiliki peluang untuk bangkit dengan:
• Diversifikasi Konten: Menyediakan konten yang relevan dan menarik bagi berbagai segmen penonton, termasuk memproduksi konten eksklusif untuk platform digital.
• Kolaborasi dengan Platform Digital: Bermitra dengan layanan streaming atau media sosial untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan interaksi dengan audiens.
• Adopsi Teknologi Baru: Mengimplementasikan teknologi seperti kecerdasan buatan untuk memahami preferensi penonton dan meningkatkan kualitas konten.Dengan memahami dinamika perubahan dan proaktif dalam beradaptasi, industri televisi di Indonesia memiliki peluang untuk tetap relevan dan berkembang di era digital ini.
Di tengah derasnya arus teknologi yang mengalir deras, kita bukan sekadar penonton, melainkan arsitek masa depan. Era digital yang absurd ini bukanlah ancaman, tetapi undangan untuk bertransformasi. Inilah saatnya kita:Merevolusi Pola Pikir
• Tinggalkan zona nyaman berfikir konvensional
• Jadikan ketidakpastian sebagai peluang untuk inovasi
• Kembangkan kemampuan adaptasi yang lebih cepat dari perubahan itu sendiri
Mempertajam Kompetensi Manusiawi
• AI dapat mengerjakan tugas, tetapi kreativitas, empati, dan intuisi adalah domain kita
• Investasikan energi untuk mengembangkan keterampilan yang tidak tergantikan Workshop Digital Content Production
• Jadikan keunikan manusiawi sebagai keunggulan kompetitif
• Sertifikasi profesi
Bersinergi, Bukan Bersaing
• Pandang AI sebagai mitra, bukan pesaing
• Manfaatkan teknologi untuk memperluas batas kemampuan
• Ciptakan kolaborasi yang menghasilkan nilai tambah lebih tinggi
Kesadaran Berkelanjutan
• Terus belajar adalah satu-satunya cara bertahan
• Dekonstruksi ulang pengetahuan secara berkelanjutan
• Jadikan pertumbuhan pribadi sebagai kompas utama
Kita bukan hanya menghadapi perubahan, kita ADALAH perubahan!
Thank you All Crew… sukses selalu dimanapun anda berada sekarang
No responses yet